Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Rakyat Sebagai Potensi Budaya Lokal

Cerita Rakyat Sebagai Potensi Budaya Lokal
Cerita Rakyat Sebagai Potensi Budaya Lokal

Cerita rakyat merupakan salah satu sastra daerah yang perlu dilestarikan. Cerita rakyat yang ada di Indonesia sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Setiap wilayah tentunya mempunyai cerita rakyat yang dituturkan secara lisan dan merupakan suatu cerminan budaya lokal dengan karakter yang khas.

Cerita rakyat selain berfungsi untuk menghibur, juga dapat memberikan pendidikan moral. Namun, sekarang sudah digeser oleh berbagai bentuk hiburan yang lebih menarik dalam berbagai jenis siaran melalui televisi, radio, surat kabar, dan sebagainya. Sebelum media cetak dan Media elektronik berkembang pesat seperti sekarang ini, cerita rakyat mendapat tempat yang baik di hati masyarakat pemiliknya. Cerita rakyat merupakan pencerminan dari kehidupan masyarakat pada saat itu, pola pikir dan khayalan yang menarik sehingga masyarakat merasa tertarik dan memperoleh keteladanan moral. Adapun jenis ajaran moral mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan.

Pada pelajaran ini, Anda akan mengeksplorasi teks cerita rakyat dalam kaitannya sebagai potensi budaya lokal. Anda diajak untuk menggali berbagai nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya.

A. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dan Isi Hikayat

Cerita rakyat memiliki banyak ragam salah satunya adalah hikayat. Hikayat merupakan cerita Melayu Klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya. Hikayat kaya akan nilai-nilai luhur atau ajaran moral. Nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat antara lain sebagai berikut.

1. Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan sikap baik dan buruk.
2. Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan sikap seseorang kepada orang lain.
3. Nilai agama/religi adalah nilai yang berkaitan dengan keyakinan seseorang.
4. Nilai budaya adalah nilai yang berkaitan dengan kebiasaan masyarakat.

Sebuah hikayat mempunyai ciri-ciri/karakteristik yang membedakannya dengan jenis cerita rakyat yang lain. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Bersifat anonim, yaitu tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarangnya. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan.
2. Mengandung hal-hal yang bersifat mustahil, yaitu hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
3. Menceritakan kesaktian tokoh-tokohnya. Selain kemustahilan, sering kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat.
4. Bersifat istanasentris, yaitu bertema dan berlatar kerajaan.
5. Menggunakan banyak kata arkais/klise, seperti penggunaan kata syahdan, hatta, maka, alkisah, dan sebagainya.
Contoh:
a. Alkisah maka tersebutlah perkataan Batara Guru menitahkan Begawan Batara Narada dan Batara Indera.
b. Syahdan maka Maharaja Darma Wangsa dan Arjuna membawa begawan Batara Narada dan Batara Indera itu mendapatkan mayat Raden Samba Prawira diiringkan oleh segala raja-raja sekalian.

B. Membandingkan Hikayat dan Cerpen

Salah satu karakteristik hikayat dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa adalah terdapat banyak kata arkais/klise. Adapun kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi temporal, yaitu konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian. Penggunaan majas dan konjungsi temporal juga banyak ditemukan dalam hikayat. Namun, gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.

Cerpen merupakan prosa naratif yang menggambarkan kehidupan. Tema yang diangkat dalam sebuah cerpen merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan. Sama halnya dengan hikayat, nilai-nilai yang ada dalam sebuah cerpen menggambarkan kehidupan penulis.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah hikayat masih banyak yang relevan atau sesuai dengan kehidupan saat ini. Nilai-nilai yang relevan tersebut dapat dijadikan pandangan atau pedoman dalam kehidupan saat ini.

C. Menceritakan Kembali Isi Hikayat

Anda dapat menceritakan kembali hikayat dengan mengikuti langkah-langkah berikut.

1. Membaca hikayat dengan seksama.
2. Mencatat setiap peristiwa dalam hikayat sesuai urutan waktu terjadinya peristiwa. Catatlah sesuai dengan alur yang ada.
3. Menceritakan kembali hikayat yang telah dibaca berdasarkan peristiwa-peristiwa yang telah dicatat. Ceritakan secara urut sesuai dengan urutan alur yang ada.

Posting Komentar untuk "Cerita Rakyat Sebagai Potensi Budaya Lokal"