Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ciri-Ciri Sejarah sebagai lImu

Ciri-Ciri Sejarah sebagai lImu

Sebagai ilmu, sejarah memiliki beberapa ciri atau kriteria tertentu. Menurut Kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul Pengantar lImu Sejarah, sejarah sebagai ilmu memiliki ciri dan karakteristik yaitu bersifat empiris, mempunyai teori, mempunyai objek, mempunyai generalisasi, dan mempunyai metode.

1) Empiris

Empiris berasal dari bahasa Yunani yaitu empeiria, yang artinya pengalaman. Sejarah diperoleh melalui pengalaman, penemuan, dan pengamatan yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta sejarah yang ada. Pengalaman tersebut kemudian direkam dalam dokumen dan peninggalan-peninggalan sejarah lainnya. Sumber-sumber sejarah tersebut diteliti oleh sejarawan untuk menemukan fakta, kemudian fakta-fakta tersebut diinterpretasikan dan kemudian dilakukan penulisan sejarah.

Tidak semua peristiwa yang dialami oleh manusia dapat menjadi objek penelitian dan penulisan sejarah. Hal tersebut menunjukkan sifat empiris sejarah. Menurut Kuntowijoyo, sejarah bersifat empiris berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman manusia. Dalam hal ini ilmu sejarah sama dengan ilmu alam karena sama-sama berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan penyerapan. Sifat empiris ilmu sejarah berbeda dengan ilmu alam. Dalam ilmu alam, pengamatan dan percobaan dapat dilakukan berulang-ulang. Sementara itu, sejarah adalah pengulangan "rekonstruksi" sehingga hanya dapat diulang-ulang penulisnya.

2) Memiliki Teori

Menurut Kuntowijoyo, sejarah sebagai ilmu sama seperti ilmu-ilmu yang lain, yaitu memiliki teori. Teori berasal dari bahasa Yunani, theoria yaitu skema pemikiran. Teori merupakan kaidah untuk memandu sejarawan dalam penelitian dan menyusun bahan-bahan yang diperolehnya dari analisis sumber dan juga dalam mengevaluasi temuannya. Dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, teori merupakan salah satu alat terpenting. Tanpa adanya teori, tidak ada ilmu pengetahuan, yang ada hanyalah kumpulan data, bukti, atau bahkan dongeng.

Menurut Snelbecker yang dikutip Basri M.S., sebuah teori mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.

a) Untuk menyistematiskan penemuan-penemuan penelitian menjadi pendorong peneliti untuk menyusun hipotesis, sedangkan hipotesis mendorong peneliti untuk mencari jawaban-jawabannya. b) Membuat ramalan atas dasar penemuan-penemuan.
c) Menyajikan penjelasan, yaitu untuk menjawab pertanyaan "mengapa?".

Dalam ilmu pengetahuan, teori berfungsi sebagai asas dan hukum umum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan sehingga dalam menjelaskan suatu fenomena memiliki landasan yang berupa kaidah-kaidah pokok. Biasanya teori dibuat sejarawan setelah melakukan serangkaian penelitian sejarah dan menemukan kesimpulan baru yang berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan sebelumnya. Teori dalam sejarah berisi kumpulan kaidah pokok suatu ilmu. Teori dalam sejarah antara lain teori tentang nasionalisme, teori konflik sosial dari Karl Marx, dan teori future shock oleh Alfin Tofler. Pada waktu sejarawan akan mengadakan rekonstruksi sejarah, ia harus memahami teori-teori yang terkait dengan kajian, seperti kausalitas, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas sejarah.

3) Memiliki Objek

Kata objek berasal dari bahasa Latin yaitu objectus, yang artinya di hadapan, sasaran, dan tujuan. Objek dalam sejarah diartikan sebagai sesuatu yang dikaji oleh ilmu. Objek ilmu sejarah sendiri adalah kejadian di masa lampau. Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan masyarakat yang menekankan sasarannya kepada manusia dalam sudut pandang waktu dan lebih khusus lagi waktu yang sudah berlalu. Contoh: jika objeknya Kerajaan Mataram, yang akan diteliti adalah fakta-fakta dan benda-benda peninggalan Kerajaan Mataram.

4) Mempunyai Generalisasi

Sebuah penelitian tentu diakhiri dengan kesimpulan umum atau generalisasi. Sama seperti ilmu lainnya, sejarah sebagai ilmu juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Kesimpulan umum dalam sejarah diperoleh setelah sejarawan melakukan serangkaian penelitian dan rekonstruksi sejarah. Kesimpulan sejarah berbeda dengan ilmu lainnya. Kesimpulan sejarah bersifat ideografis (unik dan khusus), sedangkan kesimpulan ilmu yang lain bersifat nomotetis yang kebenarannya berlaku secara umum.

Generalisasi dalam ilmu-ilmu nomotetis pada umumnya berlaku secara umum sehingga dapat dianggap sebagai kebenaran umum. Adapun generalisasi dalam ilmu sejarah sering berupa koreksi terhadap generalisasi yang dilakukan dalam ilmu-ilmu lain atau bahkan generalisasi yang dihasilkan oleh sejarawan lain. Pada ilmu-ilmu lain, generalisasi bersifat umum dan berlaku secara umum. Adapun generalisasi pada llmu sejarah bersifat unik dan berlaku secara khusus.

Menurut Kuntowijoyo, generalisasi memiliki dua tujuan, yaitu untuk saintifikasi dan untuk simplifikasi. Tujuan salintiflkasi mengandung arti bahwa sejarah juga melakukan penyimpulan umum. Generalisasi sejarah sering dipakai untuk mengecek teori yang lebih luas. Alasannya teori di tingkat yang leblh luas kerap berbeda dengan generalisasi sejarah di tingkat yang lebih sempit. Selain saintifikasi, generallsasl juga bertujuan simplifikasi atau penyederhanaan. Dalam melakukan analisis seorang sejarawan perlu melakukan simplifikasi.

5) Memiliki Metode

Metode dalam bahasa Yunani yaitu methodos, yang artinya cara. Metode dalam arti luas merupakan suatu cara atau jalan untuk bertindak menurut aturan tertentu. Dengan metode, seseorang dapat melakukan kegiatan secara lebih terarah. Dengan demikian, kegiatan tersebut dapat lebih praktis sehingga dapat mencapai hasil yang lebih maksimal. Kumpulan pengetahuan yang memiliki metode akan tersusun secara lebih terarah, teratur, dan lebih mudah dipelajari. Tanpa metode, suatu pengetahuan mengenai apa pun tidak dapat dikategorikan ke dalam ilmu. Metode sejarah meliputi pengumpulan (heuristik), mengadakan penilaian sumber (kritik/verifikasi), penafsiran data (interpretasi), dan penyajjan dalam bentuk cerita sejarah (historiografi). Sejarah sebagai ilmu pengetahuan dibahas serta dibuktikan secara keilmuan dengan metode-metode dan berbagai standar ilmiah sehingga seorang sejarawan akan lebih berhati-hati dalam mengungkapkan kebenaran sejarah dan bisa mempertanggungjawabkannya.

Posting Komentar untuk "Ciri-Ciri Sejarah sebagai lImu"