Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Karya Sejarah
Diakronik (Kronologis)
Salah satu konsep berpikir sejarah adalah diakronik. Diakronik berasal dari bahasa Latin yaitu dia yang artinya melalui dan hronich yang artinya waktu. Menurut Galtung, diakronik berasal dari bahasa Yunani yaitu dia yang artinya melintasi atau melewati dan khronos yang artinya perjalanan waktu. Diakronik dapat diartikan suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau terjadi secara tiba-tiba. Konsep diakronik dalam sejarah berarti meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang terbatas.
Model diakronik lebih mengutamakan dimensi waktu dengan sedikit memperhatikan keluasan ruang. Model diakronik ini digunakan dalam ilmu sejarah sehingga pembahasan tentang suatu gerak dalam waktu dari peristiwa-peristiwa yang konkret menjadi tujuan utama sejarah. Model diakronik merupakan model yang dinamis, artinya memandang peristiwa dalam sebuah transformasi atau gerak sepanjang waktu.
Adapun contoh topik sejarah yang diakronik, antara lain Sejarah Kerajaan Kutai (Abad IV-XIV), Sejarah Kerajaan Mataram Kuno (Abad VIl-X), dan Sejarah Kerajaan Demak (Abad XV-XVI). Judul tersebut sengaja diberi penanda waktu untuk menunjukkan sifatnya yang diakronik (lebih mengutamakan dimensi waktu).
Konsep diakronik memiliki keterkaitan dengan konsep kronologi. Kronologi merupakan urutan peristiwa yang telah terjadi. Dalam sejarah, kronologi dapat membantu proses rekonstruksi suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat. Kronologi dapat juga digunakan untuk membandingkan peristiwa sejarah dalam waktu yang sama, tetapi di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.
Arti sejarah mengajarkan cara berpikir kronologis adalah berpikir secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan memberikan gambaran utuh tentang peristiwa sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi. Konsep berpikir diakronik atau kronologis dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan untuk memecahkan masalah. Tanpa berpikir runtut dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi permasalahan, kita akan dihadapkan pada solusi masalah yang tidak tepat.
Kronologi sejarah diperlukan karena kajian sejarah terdiri dari berbagai jenis peristiwa dalam bentuk berbeda. Setiap peristiwa perlu diklasifikasikan berdasarkan jenis dan bentuk peristiwanya. Selanjutnya, peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan tersebut disusun secara runtut berdasarkan waktu berlangsungnya. Peristiwa disusun dari masa paling awal hingga masa paling akhir. Tanpa konsep kronologi, penyusunan peristiwa sejarah akan mengalami kerancuan dan dikhawatirkan peristiwa yang terjadi pada suatu masa akan masuk pada masa atau periode yang lain.
Berikut contoh kronologi reformasi tahun 1998.
a. 5 Maret 1998
Dua puluh mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional.
b. 11 Maret 1998
Soeharto dan B.J. Habibie disumpah menjadi presiden dan wakil presiden.
c. 14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VIl.
d. 15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri demonstrasi karena banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi melakukan demonstrasi menuntut reformasi politik.
e. 18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VIl mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta, tetapi cukup banyak perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang menolak dialog tersebut.
f. 1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
g. 2 Mei 1998
Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang.
h. 4 Mei 1998
Mahasiswa di Medan, Bandung, dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan. Di Universitas Pasundan Bandung misalnya, 16 mahasiswa terluka akibat bentrokan tersebut.
i. 5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar-besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.
j. 9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G-15.
k. 12 Mei 1998
Empat mahasiswa Trisakti tertembak saat melakukan demonstrasi. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.
l. 13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan dukacita.
m. 14 Mei 1998
Berita dikutip dari koran menuliskan Soeharto mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. la mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu, kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek. Banyak bangunan perbelanjaan dirusak dan dibakar. Akibatnya banyak korban jiwa saat kerusuhan tersebut terjadi.
n. 15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah berkunjung di Kairo.
o. 16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih mencekam.
p. 19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh lslam, antara lain Nurcholis Madjid, K.H. Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, dan K.H. Ali Yafie. Dalam pertemuan tersebut para tokoh Islam menjelaskan situasi terakhir dan para mahasiswa menginginkan Soeharto mundur. Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak Soeharto, kemudian Soeharto membentuk Komite Reformasi. Sementara itu, Amien Rais mengajak massa mendatangi lapangan Monumen Nasional untuk memperingati hari Kebangkitan Nasional.
q. 20 Mei 1998
Jalur jalan menuju lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke kompleks Monumen Nasional. Amien Rais meminta massa tidak datang ke lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak berdatangan ke Gedung MPR/DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
r. 21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi presiden dan B.J. Habibie disumpah menjadi presiden Republik Indonesia ketiga.
Sejarah disajikan secara kronologis dari awal sampai akhir. Oleh karena tu, sejarawan harus menentukan fakta penyebab, fakta peristiwa, dan fakta akibat. Selain hal itu, sejarawan juga harus menghindari anakronisme, yaitu penulisan tokoh dan peristiwa sejarah yang tidak sesuai dengan waktunya.
Berdasarkan konsep diakronik, setiap peristiwa sejarah mengalami perkembangan dan bergerak sepanjang masa. Dengan melalui proses ini, manusia dapat membandingkan dan melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari zaman ke zaman. Suatu peristiwa sejarah tidak terlepas dari peristiwa sebelumnya dan akan memengaruhi peristiwa yang akan datang.
Dengan berpikir secara diakronik dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalitas, misalnya pada wakiu membahas peristiwa Hengasdengklok harus menjelaskan pula peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti peristiwa menyerahnya Jepang kepada Sekutu, reaksi para pemuda terhadap berita kekalahan Jepang, dan sebagainya.
Konsep diakronik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Mengkaji peristiwa sesuai berlalunya masa.
b. Menitikberatkan pengkajian peristiwa pada unsur sejarahnya.
c. Bersifat historis atau komparatif.
d.Bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia dimulai sejak penemuan prasasti di Kutai hingga masa kini.
e. Terdapat konsep perbandingan berdasarkan perkembangan zaman.
f. Memiliki cakupan kajian lebih luas.
Sinkronik (lImu-llmu Sosial)
Dalam buku berjudul Penjelasan Sejarah, Kuntowijoyo menjelaskan bahwa konsep sinkronik mengutamakan penggambaran yang meluas dalam ruang dan tidak terlalu memikirkan dimensi waktu. Model sinkronik sering digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, ekonomi, agama, dan antropologi.
Menurut Sartono Kartodirdjo, ilmu sosial telah mengalami perkembangan pesat sehingga dapat menyediakan teori dan konsep yang berguna bagi analisis sejarah. lImu sejaran saat ini tidak hanya terbatas pada kajian informatif tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana. Sejarah telah berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur masyarakat, pola perilaku, serta proses lain dalam berbagai bidang. Pembelajaran tersebut hanya dapat dicapai dengan bantuan analisis ilmu lain.
Peristiwa sejarah dalam sejarah umat manusia dapat menunjukkan perubahan kehidupan karena sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Dengan memperhatikan aspek waktu, dapat telihat perubahan dalam kehidupan manusia. Adapun perubahan kehidupan tersebut berupa aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Aspek tersebut memiliki keterkaitan. Suatu peristiwa ekonomi dapat disebabkan oleh aspek politik, sosial, dan budaya, atau sebaliknya. Berikut aspek-aspek yang perlu dicermati dalam cara berpikir sinkronik.
a. Konsep berpikir sinkronik memandang kehidupan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terstruktur dan saling berkaitan di antara unit yang ada.
b. Menguraikan kehidupan masyarakat secara deskriptif dengan menjelaskan bagian per bagian.
c. Kerangka berpikir sinkronik mengamati kehidupan sosial secara luas berdimensi ruang.
d. Menjelaskan struktur dan fungsi dari setiap unit dalam kondisi statis.
e. Digunakan oleh ilmu sosial, seperti geografi, sosiologi, politik, ekonomi, antropologi, dan arkeologi.
Perpaduan Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah
Arti sejarah dapat dipastikan bersifat diakronik adalah pembahasannya memanjang dalam waktu. Sejarah akan membicarakan suatu peristiwa dari satu waktu sampai waktu tertentu secara berurutan berdasarkan waktu terjadinya (kronologis). Dalam sejarah sifat diakronik mengutamakan memanjangnya gambaran peristiwa atau kisah yang berdimensi waktu, tetapi dalam ruang terbatas.
Pada waktu sejarah bersentuhan dengan ilmu sosial, seperti sosiologi, geografi, dan ekonomi, sejarah menjadi ilmu yang bersifat sinkronik, artinya selain memanjang dalam waktu, sejarah melebar dalam ruang. Untuk membanas peristiwa sejarah secara komprehensif (luas, lengkap, dan tuntas) ilmu sejarah yang diakronik memerlukan pendekatan sinkronik.
Sebagai contoh, jika Anda ingin membahas tentang peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Apabila Anda hanya menceritakan peristiwa berdasarkan waktunya saja, pembahasan akan terasa kurang. Mungkin Anda hanya akan menyampaikan peristiwa proklamasi dimulai dari desakan golongan pemuda, peristiwa Rengasdengklok, pertentangan antara golongan tua dan golongan muda, Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta, perumusan teks proklamasi kemerdekaan, hingga pembacaan teks proklamasi kemerdekaan.
Anda akan memperoleh hasil yang berbeda jika menelaah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara mendalam. Adapun aspek-aspek yang dapat Anda tuangkan dalam tulisan antara lain sebagai berikut.
a. Mengapa terjadi perdebatan antara golongan muda dan golongan tua tentang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
b. Mengapa golongan muda mendesak golongan tua agar memproklamasikan kemerdekaan tanpa sidang PPKI?
c. Mengapa Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok?
d. Apa hasil negosiasi antara golongan muda dan Ahmad Subarjo?
e. Mengapa golongan muda melepaskan Soekarno-Hatta untuk kembali ke Jakarta?
f. Mengapa perumusan teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda?
g. Bagaimana hasil perumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
h. Mengapa teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia?
i. Mengapa pembacaan teks proklamasi kemerdekaan dipindahkan ke kediaman Ir. Soekarno?
j. Bagaimana keadaan menjelang pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
Jika aspek-aspek tersebut diungkap, peristiwa tersebut memerlukan ruang yang luas. Anda akan menuangkannya dalam bentuk tulisan hingga berlembar-lembar kertas, padahal kurun waktu yang diulas hanya pada tanggal 14-17 Agustus 1945.
Diakronik merupakan cara berpikir khas sejarah, sedangkan sinkronik merupakan cara berpikir khas ilmu-ilmu sosial. Dapat disimpulkan bahwa cara berpikir sejarah bersifat diakronik memanjang dalam waktu, serta mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa. Adapun cara berpikir ilmu-ilmu sosial bersifat sinkronik, melebar dalam ruang, serta mementingkan struktur dalam satu peristiwa.
Pada dasarnya cara berpikir sejarah antara sinkronik dan diakronik saling melengkapi. Pembahasan secara diakronik memberikan pemahaman dinamis terhadap kehidupan sosial yang terus bergerak, berproses, dan bertransformasi. Adapun pemahaman secara sinkronik memberi pemahaman yang meluas.
Penggabungan cara berpikir sinkronik dan diakronik dapat menghasilkan pemahaman bukan hanya tentang apa yang terjadi, melainkan juga mengapa sesuatu terjadi. Tidak hanya menjelaskan keterkaitan antara bagian, tetapi juga urutan kronologis dan dinamis dalam kurun waktu tertentu. Tidak hanya memperhatikan struktur, tetapi juga memperhatikan proses transformasi (perubahan) sepanjang waktu. Hal tersebut terjadi karena tidak ada sebuah sistem sosial pun yang pasti. Dalam sebuah sistem sosial selalu terjadi proses dinamis berupa pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, ilmu-ilmu sosial membutuhkan ilmu sejarah untuk mendapatkan penjelasan kronologis (diakronik).
Posting Komentar untuk "Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Karya Sejarah"